Postingan

Metamorphic; from Job-seeker to Employee

Gambar
This a short story of me looking for a professional job for the first time, just in case I forgot how did I start it all. Sebelum mulai nyusun skripsi, gue udah nyusun planning mau ngapain aja setelah megang ijazah. Truthfully, I wasn't planned to apply for any jobs. I was planned to continue my study, abroad. Because one of beneficial being Dikti Bidikmisi awardee is you can choose jalur afirmasi to apply LPDP Scholarship. Gimana gue nggak ngiler? Karena denger2, jalur afirmasi lebih mudah prosesnya ketimbang ikut yang jalur BPI. Well, karena di sini gue gak mau bahas soal LPDP-nya (karena nggak lolos juga btw hehe), jadi kalau mau tahu lebih lanjut visit Website LPDP aja langsung ya. Setelah kesampean buat belajar bahasa inggris di Pare, mimpi yang udah gue susun sedemikian rupa di tembok kamar pun berhamburan ke lantai~ Why? Karena gue nurut apa kata ibu gue, beliau gak ngelarang sih buat gue lanjut kuliah lagi, tapi nggak antusias juga. Lets say, adek-adek gue p

Cerita di Kampung Inggris, Kediri.

Gambar
I'm massively grateful for the chance to be in this course and integrated-establish class, it was one of the wicked part of my life. Massive massive thank you for all the tutors, friends and Lord! Perjalanan ke Kampung Inggris, Pare, Kediri berawal dari kabar kalo kakak kelas gue lagi nyiapin diri untuk lanjut kuliah S2 dengan beasiswa LPDP ke Luar Negeri. Gue yang saat itu masih sibuk nyusun skripsi, punya niat buat ngikutin jejak beliau. Well, Alhamdulillah S1 ini gue dibiayai pemerintah dengan Beasiswa Bidikmisi prestasi dan ada jalur khusus buat alumni degan beasiswa tersebut yang mau lanjut kuliah dengan LPDP Afirmasi. Hal pertama yang bikin gue keselek adalah, bahasa inggris. Bahasa inggris gue standard untuk bisa lulus sekolah doang, tapi kalau di suruh presentasi depan kelas in english rasanya pengen make invisible cloak-nya Harry Potter aja. Dari temen sekelas gue lah gue tahu kalau kakak kelas gue yang mau lanjut kuliah ini dulunya pernah kursus sebulan di Kamp

Finally, I graduated!

Gambar
If there's a will, there's a way. You have your own timeline of life. 6 september 2016 jadi salah satu hari yang penting buat gue, butuh hampir empat tahun buat ngerasain apa yang gue kerjain di tanggal ini. Bukan nikah, tapi wisuda. Walaupun rasanya kayak bagi rapot sih. Setelah seminar proposal bulan desember, hampir setahun ke tanggal wisuda, dan sidang akhir mei, gue kesampean juga wujudin salah satu cita-cita mama: ngeliat anaknya jadi sarjana. Kalau dilihat empat tahun ke belakang, rasanya gak percaya gue berhasil ngelewatin semua batu kerikil sampe batu metamorf. Gak mudah, lebih dari sekali gue berada di titik yang bikin gue ngerasa “kuliah gue bakal berantakan nih.” atau "pengen nikah ajalah!" padahal yang ngelamar juga belum ada #kokcurhat Dari duit beasiswa bulanan yang sering telat dan bikin gue muter otak gimana caranya nyampe kelas dengan irit dan selamat. Ngerasain kegencet di kereta pagi-pagi buta, gelantungan di metromini, s

The Lorax

Gambar
Film animasi 3D Amerika Serikat ini diangkat dari buku cerita anak-anak yang ditulis oleh Dr.Seuss. Film ini ternyata rilis tahun 2012, tapi baru gue tonton minggu lalu. Film ini lucu, aneh dan menurut gue punya pesan yang bagus mengingat keadaan pepohonan di negeri ini. Yup, tulisan ini gue buat atas nama pohon. Sudut pandang gue soal pohon berubah setelah nonton film ini, film kartun Bro! Awalnya gue bingung kenapa awal dari film ini ada minionsnya, ternyata creator dari film ini adalah creator film despicable me. Kemudian kita akan disambut dengan makhluk gembul berbulu yang mengharuskan kita menyimak baik-baik mengenai lagu tentang sebuah kota, Thneedville. Kota palsu tanpa kealamian, karena semua bendanya terbuat dari plastik buatan pabrik. Bahkan oksigen atau udara segar pun harus beli karena tidak sebatang pohon pun tumbuh disana. Olaysius O'Hare adalah orang terkaya dikota Thneedville, pemilik pabrik udara segar. Pabrik yang kita tahu adalah perusak udara segar j

26 Facts About Me

Gambar
Ini semacem permainan yang udah lama banget nge-hits. Dan gue baru bikin sekarang. Pernah beberapa temen di akun sosmed nge-tag gue buat bikin ginian, tapi gue gak pernah ngeshare. So.. Menurut gue gak ada salahnya iseng-iseng berhadiah nulis tentang diri gue sendiri. Kenapa 26? Biasanya orang-orang ngeshare 20 fakta tentang dirinya, ini gue lebihin 6 nomer buat readers. Baik kan? Heee.. Nama lengkap gue terdiri dari 4 suku kata yang kalo UN gak pernah cukup kotaknya di lembar jawaban. Well, gue punya banyak nama panggilan, apalagi sejak gue masuk kuliah. Nama-nama panggilan aneh mulai bermunculan. Anak pertama dari lima bersaudara. Yup, gue punya stok ade yang menggemaskan sekaligus menyebalkan sebanyak 1/3 lusin. Posisi ini kadang bikin gue iri kalo ngeliat temen yang punya abang atau kakak cewek. Tapi, gue paham kenapa Allah nakdirin gue jadi orang pertama yang nyicipin rahim Mama. Gue suka binatang dan gak suka tumbuhan. Gue suka lumba-lumba sejak nonton film Do

Berhenti Sekolah, Mulailah Belajar

Gambar
  Secara umum kita mengetahui bahwa sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu dari orang yang berilmu dalam hal ini seorang guru. Hampir seluruh orang tua memilihkan sekolah yang terbaik untuk anaknya sekalipun harus mengeluarkan biaya yang tidak murah. Jika kita melihat definisi sekolah menurut KBBI ialah lembaga atau bangunan untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.   Idealnya setiap anak yang datang pagi-pagi ke sekolah untuk belajar, untuk menerima pengalaman baru dari orang yang digugu dan ditiru (re: guru). Yang Saya tahu dari cerita guru dan orang tua, jaman dulu sekolah membentuk suasana yang mencekam, rotan atau minimal penggaris panjang tersedia di kelas. Dengan jaman yang terus berkembang, era papan tulis kapur berubah menjadi layar digital tipis dengan jari sebagi pengganti kapur, masih pantaskah model pembelajaran menjenuhkan itu diterapkan?   Sejatinya, belajar bukan tentang bangunan sekolah yang megah, bukan tentang setumpuk peker

Penjual berlian

Gambar
Faktanya, wanita tidak pernah gagal memikat perhatian laki-laki. Berapapun usianya. Itulah yang menjadikan Ayah begitu menjaga anak perempuannya, sekalipun ia masih berseragam merah putih. Sering kali Ayah meminta putrinya mengenakan jilbab jika keluar rumah, “Pakailah nak, latihan nanti kalau kamu di pesantren.” Daripada tidak diizinkan untuk main, ia memilih menarik jilbab yang tergantung dibalik pintu kamar kemudian merengsek keluar rumah. “Kenapa Ayahmu memintamu berjilbab sih ? Padahal kita cuma main di depan gang.” “Ayah bilang, supaya aku terbiasa di pesantren nanti. Sebenernya aku juga gak mau, ribet.” Masa terus berganti sampai anak perempuan itu tumbuh menjadi seorang gadis kebanggaan Ayahnya. Masih mengenakan jilbabnya, ia dibonceng Ayah untuk membeli anting emas di pasar. Dalam perjalanan ia melihat seorang gadis – yang mungkin seumur dengannya – berboncengan dengan laki-laki yang sebaya pula mengenakan celana pendek dan kaus tipis membentuk tubuh. Walaupun